LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II
“ PEMBUATAN SUSPENSI”
O L E H :
NAMA : PUTRI MEGA WIJAYANTI
NIM : F201601219
KELOMPOK : IV ( BATCH B )
KELAS : G2 FARMASI
PROGRAM
STUDI FARMASI
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA
WALUYA
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
laporan tentang “Pembuatan Suspensi” ini dengan baik. Saya berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai pembuatan
suspensi.
Saya
juga menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan ataupun
kekurangan yang sangat jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah yang
telah saya buat di masa mendatang. Besar harapan saya jika makalah ini mudah
dipahami oleh siapapun yang membacanya. Tak lupa saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata atau kata-kata yang kurang berkenan di hati para
pembaca semua.
Kendari, 2
Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..……….........i
DAFTAR ISI
........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Maksud Percobaan ………………………….……....……..................2
C. Tujuan Percobaan………………………………........…….................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ……………................................................................3
B. Uraian Bahan…………….....……………..…....................................9
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan
Bahan ................................................................................11
B. Prosedur
Kerja………………...………………….….……............11
C. Skrining
Resep………………...………………….….……….........12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Perhitungan Bahan………………...………………….….……….......15
B.
Penimbangan Bahan………………...………………….….……….....15.
C. Pembahasan………………...………………….….………................15
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan………………...………………….….……….................17
B.
Saran………………...………………….….………..........................17
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................iii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Beberapa bentuk sediaan obat yang
umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap bentuk sediaaan memiliki fungsi
dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat
tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai dan
sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi merupakan sediaan cair yang
mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase cair.
Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat
diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar denagn
tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian
oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk
suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari
segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat yang terdispersi pada
suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog
perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan,
suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk
menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan
mudah digojog dan dituang.
Salah satu
masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila
dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi
penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Kekurangan suspensi sebagai
bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan, memungkinkan terjadinya perubahan
sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi
fluktuasi atau perubahan temperatur.
B. Maksud
Percobaan
1. Untuk
mempelajari dan memahami teori suspensi secara umum.
2. Untuk
memahami dan membuat sediaan obat berbentuk suspensi
dengan pemilihan suspending agent yang sesuai.
3. Untuk
mempelajari bahan-bahan pembuatan sediaan suspensi yang
baik.
C. Tujuan
Percobaan
Untuk mengetahui lebih jelas dan mendalam tentang sediaan farmasi dalam
bentuk suspensi khususnya cara pembuatan dari suspensi tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Landasan Teori
Suspensi
adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus,
tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas
tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut
FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan
yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut ,
terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut
FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut
Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau
sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa
zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan.
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
adalah :
a)
Ukuran partikel.
b)
Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
c)
Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan
listrik
d)
Kadar partikel terdispersi
2.
Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :
a)
Terbentuk dua fase yang heterogen
b)
Berwarna keruh
c)
Mempunyai diameter partikel > 100 nm
d)
Dapat disaring dengan kertas saring biasa
e)
Akan memisah jika didiamkan
3.
Macam-macam suspensi
I. Suspensi
berdasarkan kegunaanya :
1.
Suspensi oral
Suspensi oral adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral.
2.
Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel
padat yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan
pada kulit.
3.
Suspensi tetes telinga
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan
untuk diteteskan pada bagian telinga luar.
4.
Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata
II. Suspensi
berdasarkan istilah :
1.
Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang
mengandung air yang ditujukan untuk penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2.
Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat
padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang
menghasilkan konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3.
Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan
emulsi untuk pemakaian pada kulit.
II III. Suspensi
berdasarkan sifatnya :
1. Suspensi
deflokulasi
a) Ikatan antar
partikel terdispersi kuat
b) Partikel
dispersi mudah mengendap
c) Partikel
dispersi mudah terdispersi kembali
d) Partikel dispersi tidak membentuk
cacking yang keras
2. Suspensi
flokulasi
a)
Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b)
Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c)
Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d)
Partikel dispersi membentuk cacking yang keras
4.
Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :
Menurut FI
edisi III adalah :
a)
Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
b)
Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
c)
Dapat
mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
d)
Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar
mudah dikocok atau sedia dituang
e)
Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga
ukuran partikel dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang
lama
Menurut FI
edisi IV adalah :
a)
Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena
dan intratekal
b)
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara
tertentu harus mengandung anti mikroba
c)
Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.
5.
Cara pembuatan suspensi
Suspensi
dapat dibuat dengan cara :
I.
Metode Dipersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan
kedalam cairan pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam
formulasi suspensi yang penting adalah pertikel-pertikel harus terdispersi
betul dalam fase cair. Mendispersikan serbuk yang tidak larut dalam air
kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena adanya udara, lemak yang
terkontaminasi pada permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C
disebut hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat.
Untuk menurunkan tegangan antar muka, antara partikel padat dan cairan pembawa
digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil lipofil balance) atau
keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut kontak jadi kecil. Udara
yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula menggunakan gliserin,
larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel padat. Biasa juga
digunakan Gom (pengental).
II. Metode Presipitasi
a)
Metode presipitasi dengan bahan organik :
Dilakukan dengan cara zat yang tak
larut dengan air, dilarutkan dulu dengan pelarut organic yang dapat dicampur
air. Pelarut organic yang digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol,
dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran
partikel yang terjadi bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
b)
Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media :
Dipakai untuk obat yang kelarutannya
tergantung pada PH.
c)
Metode presipitasi dengan dekomposisi
rangkap/penguraian :
Dimana stabilitas fisik yang optimal
dan bentuk rupanya yang baik bila suspensi diformulasikan dengan partikel
flokulasi dalam pembawa berstruktur atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila
serbuk telah dibasahi dan didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi
terkontrol agar tidak terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi
kembali. Untuk membentuk flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan
polimer.
6.
Bentuk suspensi yang diinginkan :
a.
Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan
b.
Partikel-partikel yang mengendap harus mudah
didispersikan kembali
c.
Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan
daripada suspensi yang terdeflokulasi.
d.
Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk
mengurangi kecepatan sedimentasi.
7.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi adalah
:
a. Kecepatan
sedimentasi (hokum stokes)
c. Floatasi
d. Pertumbuhan
Kristal
e. Pengaruh
gula
f. Pemilihan
metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi
8.
Komponen sediaan suspensi :
1. Zat aktif
2. Bahan tambahan :
a.
Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah
untuk memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah
penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk golongan polisakarida
yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc. Sedangkan pada golongan
selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa, hidroksi etilselulosa, avicel,
dan na-cmc.untuk golongan tanah liat misalnya seperti bentonit, aluminium
magnesium silikat, hectocrite, veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik
seperti carbomer, carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
b.
Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya
adalah untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin,
propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
c.
Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari
sediaan. Misalnya sorbitol dan sukrosa.
d.
Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus
serasi. Misalnya vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
e.
Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan
tersebut mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena
merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila
sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang. Pengawet yang sering digunakan
adalah metil atau propil paraben, asam benzoat, chlorbutanol, dan senyawa
ammonium.
f.
Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi
kecuali untuk zat aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya
hidrokuinon, asam galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
g. Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar
potensial pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar
fosfat, dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
h. Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan
kestabilan suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan
kelarutan. Misalnya asam sitrat.
i. Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat
menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat
atau floc. Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer hidrofilik),
bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).
9.
Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi :
I.
Keuntungan :
a. Baik
digunakan untuk pasian yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama anak-anak.
b. Homogenitas
tinggi
c. bih mudah diabsorpsi daripada
tablet/kapsul karena luas permukaan
d. Kontak
antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
e. Dapat
menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
f. Mengurangi
penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
II. Kerugian :
a. Kestabilan
rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi
b. Jika
membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya
turun
c. Alirannya
menyebabkan sukar dituang
d. Ketetapan
dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
e. Pada saat
penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi terutama jika
terjadi perubahan temperatur
f. Sediaan
suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
B.
Uraian Bahan
1. Antasida Tab
( ISO : Volume 50: 382 )
Komposisi : Tiap tablet mengandung
aluminium hidroksida
200 mg dan magnesium hidroksida 200 mg
Indikasi : Mengurangi gejala-gejala
yang bergubungan
dengan kelebihan
asam lambung, tukak lambung,
gastritis,
tukak usus 12 jari, dengan gejala-gejala
seperti mual, nyeri
lambung, nyeri ulu hari, dan
perasaan penuh pada
lambung.
Kontra
Indikasi : Penderita fungsi
gangguan ginjal
Efek
Samping : Sembelit, diare, mual, muntah, dan gejala-gejala
tersebut akan
hilang bila pemakaian obat
dihentikan.
Dosis : - Dewasa : Sehari 3-4x 1-2 tablet
- Anak-anak
(6-12 tahun) : Sehari 3-4x ½ tablet
a) Aluminium
Hydroxide ( FI III : 640 )
Nama resmi : ALUMINIUM CHLORIDA
Nama lain : Aluminium Hidroksida
Rumus molekul : Al (OH)3
Berat molekul : 78,0
Pemerian : Serbuk; putih; tidak
berbau; hampir tidak
berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam
air dan garam
etanol (95%) P.
Khasiat : Antasida
Bentuk
Sediaan : Suspensi
Dosis : Tiap kali 0,5 - 1,9
PH : 5,5 - 8,0
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, panas
suhu
tidak lebih dari 25oC.
b) Magnesium
Hydroxide ( FI IV : 513 )
Nama Resmi : MAGNESII HYDROXIDUM
Nama Lain : Magnesium Hidroksida
Pemerian : Serbuk; putih; ruah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam
air dan garam
etanol, larut dalam
asam encer
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Antasida
Bentuk
Sediaan : Suspensi susu
magnesium 7 – 8 %
Dosis : 1-4 dd 500-750 mg
2.
Aquadest ( FI.Edisi III Hal.96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama sinonim : Air suling, Air murni
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan
jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai
rasa
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik
3.
Na CMC (FI ed. III, 401)
Nama resmi :
Natrii Carboxymethilcellulosum
Sinonim :
Natrium Karbosimetil Selulosa
Berat molekul :
200
Rumus kimia :
C2H2ONa
Pemerian :
Serbuk atau butiran; putih atau putih gading; tidak
berbau atau hampir tidak berbau;
higroskopis
Kelarutan :
Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspensi koloid :
Tidak larut dalam etanol.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Zat tambahan
4.
Sirup Simplex (FI. Edisi III Hal. 567)
Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEX
Nama lain : Sirop gula
Pembuatan : Larutkan 65 bagian sakarosa
dalam larutan metal
paraben 0,25% b/v
secukupnya hingga diperoleh
100 bagian sirop
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di
tempat sejuk
Khasiat : Pemanis/ zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
I. I. Alat
a.
Timbangan
b.
Gegep kayu
c.
Lumpang dan alu
d.
Tabung reaksi
e.
Gelas kimia
f.
Sendok tanduk
g.
Botol coklat
h.
Gelas ukur
i.
Sudip
j.
Waterbath
k.
Lap kasar
l.
Lap halus
m.
Pipet tetes
n.
Batang pengaduk
II. Bahan
a.
Antasida 10
tablet
b.
Aquadest q.s
c.
Na CMC 1
gr
d.
Syrup simplex 10 ml
B. Prosedur Kerja
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Dikalibrasi botol 100ml
3.
Ditimbang NaCMC sebanyak 1 gr
4.
Dimasukkan NaCMC kedalam mortir I lalu
digerus
5.
Ditambahkan 20 ml aquadest panas sedikit
demi sedikit sambil digerus dan diaduk cepat selama 15 menit
6.
Diambil antasida sebanyak 10 tablet
7.
Dimasukkan kedalam mortir II lalu
digerus hingga halus dan ditambahkan aquadest 50 ml sedikit demi sedikit sambil
digerus
8.
Dicampur bahan yang ada di mortir I dan
mortir II lalu digerus hingga homogen
9.
Dimasukkan kedalam botol coklat 100 ml
yang telah dikalibrasi
10.
Diberi etiket
11.
Dibersihkan alat yang telah digunakan
C. Skrining Resep
a. Menyalin Resep
Dr.Samsunar
SIP : 2345/IPDU/2001
Jl.Ld.Hadi No.201, Kendari
Telp.0401-3193560
|
No. Tgl.
R/
Antasida tab No.x
Na CMC 1
gr
Syrup Simplex 10 ml
m.f Susp
15. ml dd 1 C
Pro: Citeng ( 10 tahun )
|
b. Singkatan Dalam Resep
1.
R :
Recipe : Ambillah
2.
Pro :
Probandus : Untuk
3.
M.f :
Misce fac : Campur dan buatlah
4.
dd :
De die : Tiap hari
5.
C :
Cochlear : Sendok makan 15 ml
6.
No :
Nomero : Jumlah
c.
Skrining
Administrasi
Bagian Resep
|
Kelengkapan
|
Ada
|
Tidak ada
|
Keterangan
|
Inscriptio
|
Nama dokter
|
√
|
-
|
dr.Samsunar
|
SIP
|
√
|
-
|
2345/IPDU/2001
|
|
Alamat dokter
|
√
|
-
|
Jl.Ld.Hadi No. 201, Kendari
|
|
No.Telp /
Hp
|
√
|
-
|
0401- 3193560
|
|
Tempat dan tanggal penulisan resep
|
-
|
√
|
-
|
|
Praescriptio
|
Nama dan jumlah obat
|
√
|
-
|
R/
Antasida tab No.x
Na CMC 1 gr
Syrup Simplex 10 ml
|
Bentuk sediaan
|
√
|
-
|
Suspensi
|
|
Signature
|
Nama pasien
|
√
|
-
|
Citeng
|
Umur pasien
|
√
|
-
|
10 th
|
|
Alamat pasien
|
-
|
√
|
-
|
|
No telp/hp
|
-
|
√
|
-
|
|
Aturan pakai
|
√
|
-
|
15 ml 3 dd 1 c (3x1)
|
|
Subscriptio
|
Paraf/tanda tangan dokter
|
-
|
√
|
Tidak tercantum
|
d. Skrining Farmasetik
Bentuk sediaan yang diberikan yaitu
suspensi dengan bahan antasida 10 tab, Na CMC 1 gram dan sirup symplex sebanyak
10 ml. Semua bahan ini dicampur satu persatu lalu digerus hingga homogen
setelah homogen masukkan kedalam botol coklat yang telah dikalibrasi 100 ml,
hal ini digunakan untuk memudahkan
pasien untuk menggunakan obat tersebut
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
A. Perhitungan Bahan
-
B. Penimbangan Bahan
Nama
Obat
|
Jumlah Obat
|
Na
CMC
|
1
gr
|
Syrup
Simplex
|
10
ml
|
Antasida
|
10
tablet
|
C.
Pembahasan
Suspensi merupakan sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa atau sediaan padat yang terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus
dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa yang ditetapkan (Formularium Nasional Edisi II).
Permbuatan
suspensi ini bertujuan untuk memudahkan dalam dalam mengonsumsi obat khususnya
untuk anak-anak karena rasanya yang manis dan pemberiannya yang lebih mudah,selain
itu baik digunakan untuk yang sulit mengonsumsi tablet, pil, kapsul.
Didalam resep
ini mengandung beberapa zat-zat seperti antasida yang mengandung dua bahan
yaitu aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida, obat ini mempunyai khasiat
untuk mengurangi gejala-gejala peningkatan asam lambung. Aquadest sendiri
berisi cairan jernih yang berfungsi sebagai zat tambahan atau pelarut. Na Cmc
berfungsi sebagai zat tambahan dan syrup simplex berupa zat cair yang terbuat
dari 65 bagian sukrosa yang berkhasiat sebagai zat tambahan dan pemanis.
Pada
pembuatan suspensi kali ini yang dilakukan pertama adalah menimbang Na CMC 1
gram lalu dibuat mucilago dengan cara menambahkan 20 ml aquadest panas ke dalam
satu mortir yang sama (mortir I) dan aduk dengan cepat atau digerus dengan
cepat selama 10-15 menit. Selanjutnya dimasukkan syrup simplex yang telah
dibuat dari campuran 65 gram sukrosa yang dilarutkan 100 ml air panas. Kemudian
masukkan 10 tablet antasida ke dalam mortir baru ( mortir II ) lalu digerus
hingga homogen dan campurkan ke mortir I. Tambahkan 10 ml syrup simplex ke
dalam mortir I dan tambahkan air panas 50 ml sambil bahan dihomogenkan, lalu
dimasukkan ke dalam botol yang telah
dikalibrasi dan diberikan etiket putih.
Resep ini
ditujukan untuk pasien bernama Citeng yang berumur 10 tahun. Obat ini diberikan
kepada pasien tersebut karena dia menderita penyakit maag, sehingga pemakaian
obat ini diminum sebelum makan 3 x 1 sehari satu sendok makan 15 ml. Obat ini
diberi etiket putih dan didalam etiket ini diberi penandaan “Kocok Dahulu” agar
sediaan oabatt ini tercampur dengan rata.
Kerusakan-kerusakan
yang terjadi pada sediaan suspensi yaitu pada jumlah partikel/konsentrasinya,
apabila didalam suatu suspensi berisi partikel dalaam jumlah yang besar, maka
pertikel tersebut akan susah melakukan gerakan sehingga terjadinya benturan,
benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin
besar konsentrasi partikel maka makin besar kemungkingan terjadinya endapan
atau yang biasa disebut cacking. Dalam waktu singkat, kerusakan lainnya yaitu
pada sifat/muatan partikel, didalam suatu suspensi biasanya terdiri dari
beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama, dengan demikian
terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut
dalam cairan tersebut.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Suspensi
adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing – masing fase
apabila terdapat di alam tidak akan bisa disatukan atau digabungkan, sediaan
suspensi secara garis besar ada tiga jenis yaitu suspensi oral, suspensi
topical dan suspensi otic. Cara pembuatan suspensi ada dua, yaitu metode
dispersi dan metode presitipasi yang keduanya membutuhkan suspending agent
dalam prosesnya, baik suspending agent yang berasal dari alam maupun sintetik.
B.
Saran
Untuk laboratorium
diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-alat dan bahan-bahan
yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang dilaksanakan dapat
berjalan dengan lancar.
Untuk
praktikan, diharapkan agar lebih mengasah lagi kemampuannya dalam membuat
sediaan suspensi, dimana sediaan suspensi merupakan sediaan yang membutuhkan
ketelitian dalam peracikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief,
Moh.1994. Farmasetika. UGM. Yogyakarta
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Depkes RI : Jakarta
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Depkes RI : Jakarta
Dirjen
POM. 1978. Formularium Nasional Edisi II.
Depkes RI : Jakarta
Haward,
C. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi Edsi IV . Press : Jakarta
IAI.
2016. Informasi Spesialist Obat Indonesia
Volume 50. PT ISFI.
Penerbit : Jakarta
Lacman.
2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi III. UI : Jakarta
Syamsuni,
H. 2006. Ilmu Resep. EGC : Jakarta
Tioga steel steel core titanium frame with heavy duty steel
BalasHapusTioga titanium 3d printer steel core stainless steel core core steel cerakote titanium core steel core steel titanium watch core steel core stainless steel core steel core titanium industries core steel core core steel core core nano titanium by babyliss pro steel core stainless steel core steel core steel